Jumat, 25 Maret 2016
Mengenal Lebih Dalam KH.Mc Amin Sholeh Bangsri
KH.Mc Amin Sholeh yang
disapa “Abah” oleh para santrinya itu lahir Tayu, Pati 20 April 1931. Kiai Amin
adalah salah seorang putra Kiai Saleh yang sangat terkenal di kalangan ulama
terutama di Jawa Tengah, yaitu KH.Sholeh Amin Tayu. Namun tidak seperti
kebanyakan putra kiai terkenal yang lain, Kiai Amin tidak pernah diceritakan
mempunyai sikap yang neka-neka. Dia
memang contoh kiai sederhana yang "lurus-lurus" saja. Attawassuth
wal i'tidaal, sikap sederhana dan jejeg seperti digariskan
Khittah Nahdlatul Ulama, dijalaninya secara murni dan konsekuen.
Ketika masih nyantri di Lasem, Kiai Amin
Sholeh tidak mondok di pesantren milik Kiai Baidlowi, tapi kiai sepuh
karismatik itu menyuruhnya mulang (ngajar) di pesantrennya. Begitu kisah Kiai Maemoen Zubeir
yang ketika itu sama-sama nyantri di Lasem saat memberi mau'idhah
hasanah pada upacara pelepasan jenazah Rais NU Wilayah dan Ketua MUI
Jawa Tengah itu di hadapan ribuan pelayat.
Mbah Baidlowi Lasem, bersama Mbah Maksum,
adalah tokoh kiai sepuh yang sangat disegani, karena ilmu dan amaliahnya. Kiai
yang sangat dihormati para kiai lain tidak hanya di Jawa Tengah saja itu
meminta Kiai Amin (yang notabene waktu itu masih berstatus nyantri) untuk
mengajar di pesantrennya, sudah bisa menunjukkan kapasitas keilmuan tokoh
sederhana dari Bangsri itu.
Di banyak konferensi dan muktamar, beliau
selalu aktif mengikuti acara-acaranya. Biasanya beliau selalu hadir dan
berperan di arena Bahtsul Masail, majelis yang membahas pertanyaan-pertanyaan
masyarakat. Di arena seperti itu, Kiai Amin kelihatan mencolok karena vokalnya
dalam menyampaikan pendapat dan argumentasi.
Beliau akan mempertahankan pendapatnya
sesuai dengan hujjah yang dimilikinya namun tidak ngotot. Apabila
ada kiai lain yang hujjah-nya dianggap lebih kuat, dengan kesatria
kiai Amin akan mengakui dan mengikutinya. Boleh jadi karena kealiman dan
ketelitiannya dalam majelis-majelis seperti itu, kiai Amin hampir selalu
ditunjuk sebagai salah satu tim perumus.
Kiai Amin yang pernah menjabat sebagai
Kepala Pengadilan Agama dan hingga meninggal menjabat sebagai orang pertama di
NU Wilayah dan di Majelis Ulama Indonesia Jawa Tengah, juga seorang tokoh yang
tawaduk. Beliau sudi dengan sabar mendengarkan pendapat orang lain, meski
datangnya dari orang-orang yang lebih muda.
Tidak seperti kebanyakan pemimpin yang
lain, Kiai Amin tidak hanya duduk-duduk saja di meja pimpinan sambil memberikan
instruksi-instruksi. Tapi dia langsung terjun ke bawah, mendatangi umatnya
dengan kesetiaan yang luar biasa. Kepada umatnya, dia berusaha sekuat tenaga
untuk memberikan pendidikan akhlak dan menjawab tanda-tanda tanya yang
akhir-akhir ini banyak meresahkan mereka.
Dan semua itu dia lakukan dengan kasih
sayang yang membawa kesejukan dan ketenteraman. Salah satu ungkapannya yang
masih diingat santri-santrinya adalah ucapannya yang dinyatakan dengan nada
kelakar, "Lebih baik bodoh ketimbang pandai tapi tidak bermoral."
Perjuangan Kiai Amin Sholeh patut
dijadikan teladan. PNS Depag Jepara itu pernah duduk sebagai Rais Syuriah PWNU
Jateng tiga periode berturut-turut hingga wafat tahun 2002 di usia 71 tahun dan
ketua MUI Jateng.
Ketawadukan dan
tanggung jawabnya dikenang Ali Mufiz. ''Saya kenal beliau sejak 1990.
Ketawadukan dan tanggung jawabnya luar biasa. Dia juga sangat perhatian
terhadap pendidikan,'' tutur Ali Mufiz. Beliau teringat Kiai Amin saat
menghadiri acara di Kodam IV/Diponegoro. ''Beliau tidak berkenan duduk di
depan, meski seorang tokoh. Beliau tidak menduduki kursi kecuali kursi itu untuknya.
KH. A Mustofa Bisri (Gus
Mus) juga pernah menulis tentang kiai Amin. Beliau menganggap kiai amin adalah Kiai yang Tak Neka-neka dan Sederhana. Gus Dur pun mengakui sifat-sifat terpuji Kiai Amin, dan menyatakan sedikit
orang yang bisa memegang tanggung jawab seperti ulama tersebut.
Kiai Amin yang lahir di
Tayu, Pati, kini meninggalkan madrasah, mulai MI, MTs, dan MA Hasyim Asyari di
Bangsri yang kini memiliki +2.000 santri.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar