Jumat, 25 Maret 2016
Bagaimana Engkau Memandang Gurumu?
Secara etimologis, guru sering disebut pendidik. Dalam bahasa arab, ada
beberapa kata yang menunjukan profesi ini seperti, mudarris, mua’allim,
murabbidan mu’addib, yang meski memiliki makna yang sama,
namun masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda. Disamping
kata-kata tersebut, juga sering digunakan kata ustadz atau syaikh.
Penyebutan ini tidak terlepas dari rekomendasi Konferensi Pendidikan
Internasional di Makkah pada tahun 1977, yang antara lain merekomendaikan bahwa
pengertian pendidikan mencakup tiga pengertian, yaitutarbiyah, ta’lim dan
ta’dib. Maka pengertian guru atau pendidik mencakupmurabbi,
mu’allim dan mu’addib.
Pengertian Murabbi mengisyaratkan
bahwa guru adalah orang yang memiliki sifat rabbani, artinya
orang yang bijaksana, bertanggungjawab, berkasih sayang terhadap siswa dan
mempunyai pengetahuan tentang rabb. Dalam pengertianmu’allim, ia
mengandung arti bahwa guru adalah orang berilmu yang tidak hanya menguasai ilmu
secara teoretik tetapi mempunyai komitmen yang tinggi dalam mengembangkan ilmu
yang dimilikinya. Sedangkan dalam konsep ta’dib, terkandung
pengertian integrasi antara ilmu dan amal sekaligus.
Secara terminologi,
guru sering diartikan sebagai orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan
siswa dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi (fithrah) siswa,
baik potensi kignitif, potensi apektif, maupun potensi psikomotorik. Guru juga
berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada siswa
dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan,
mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai hamba (‘abd) dan
khalifah Allah (khalifatullah) dan mampu sebagai makhluk sosial dan
sebagai makhluk individual yang mandiri.
Lalu bagaimana
sesorang siswa/santri memandang gurunya?
Al Imam Ali bin
Hasan al Aththas mngatakan :
ﺍﻥ ﺍﻟﻤﺤﺼﻮﻝ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻭﺍﻟﻔﺘﺢ ﻭﺍﻟﻨﻮﺭ ﺍﻋﻨﻲ ﺍﻟﻜﺸﻒ ﻟﻠﺤﺠﺐ، ﻋﻠﻰ ﻗﺪﺭ ﺍﻻﺩﺏ ﻣﻊ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻭﻋﻠﻰ
ﻗﺪﺭ ﻣﺎ ﻳﻜﻮﻥ ﻛﺒﺮ ﻣﻘﺪﺍﺭﻩ ﻋﻨﺪﻙ ﻳﻜﻮﻥ ﻟﻚ ﺫﺍﻟﻚ ﺍﻟﻤﻘﺪﺍﺭ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺷﻚ
" Memperoleh ilmu, futuh dan cahaya (maksudnya terbukanya hijab2
batinnya), adalah sesuai kadar adabmu bersama gurumu. Kadar besarnya gurumu di
hatimu, maka demikian pula kadar besarnya dirimu di sisi Allah tanpa ragu
".(al Manhaj as Sawiy : 217)
Imam Nawawi ketika hendak belajar kepada gurunya, beliau selalu bersedekah di perjalanan dan berdoa, " Ya Allah, tutuplah dariku kekurangan guruku, hingga mataku tidak melihat kekurangannya dan tidak seorangpun yg menyampaikan kekurangan guruku kepadaku ". (Lawaqih al Anwaar al Qudsiyyah : 155)
Beliau pernah mengatakan dalam kitab At Tahdzibnya :
ﻋﻘﻮﻕ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪﻳﻦ ﺗﻤﺤﻮﻩ ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ ﻭﻋﻘﻮﻕ ﺍﻻﺳﺘﺎﺫﻳﻦ ﻻ ﻳﻤﺤﻮﻩ
ﺷﻲﺀ ﺍﻟﺒﺘﺔ
" Durhaka kepada orang tua dosanya bisa hapus
oleh taubat, tapi durhaka kepada ustadzmu tidak ada satupun yg dapat
menghapusnya ".
Habib Abdullah al Haddad mengatakan " Paling bahayanya bagi seorang murid, adalah berubahnya hati gurunya kepadanya. Seandainya seluruh wali dari timur dan barat ingin memperbaiki keadaan si murid itu, niscaya tidak akan mampu kecuali gurunya telah ridha kembali ". (Adaab Suluk al Murid : 54)
Seorang murid sedang menyapu madrasah gurunya, tiba2 Nabi Khidir mendatanginya. Murid itu tidak sedikitpun menoleh dan mengajak bicara nabi Khudhir. Maka nabi Khidhir berkata, " Tidakkah kau mengenalku ?. Murid itu menjawab, " ya aku mengenalmu, engkau adalah Abul Abbas al Khidhir ".Nabi Khidhir, " kenapa kamu tidak meminta sesuatu dariku ?".
Murid itu menjawab, " Guruku sudah cukup
bagiku, tidak tersisa satupun hajat kepadamu ". (Kalam al Habib Idrus al
Habsyi : 78)
Al Habib Abdullah al Haddad berkata, " Tidak
sepatutnya bagi penuntut ilmu mengatakan pada gurunya, " perintahkan aku
ini, berikan aku ini !", karena itu sama saja menuntut untuk dirinya. Tapi
sebaiknya dia seperti mayat di hadapan orang yg memandikannya ". (Ghoyah
al Qashd wa al Murad : 2/177)
Para ulama ahli hikmah mengatakan, " Barangsiapa yang mengatakan " kenapa ?" Kepada gurunya, maka dia tidak akan bahagia selamanya ". (Al Fataawa al Hadiitsiyyah : 56)
Para ulama hakikat mengatakan, " 70% ilmu itu diperoleh sebab kuatnya hubungan ( batin,adab dan baik sangka )antara murid dengan gurunya ".
Semoga kita semua termasuk murid yang baik dan mendapat berkah dari guru kita
اللهم آمين
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar