Sabtu, 26 Maret 2016
Gus Dur Sejatinya Bisa Melihat
Diantara tempat yang sering dikunjungi oleh Alm KH
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah Pesantren Asy-Syafi’iiyah Kedungwungu,
Kec. Krangkeng Indramayu Jawa Barat, minimal dalam setahun dua kali Gus Dur
berkunjung di pesantren yang terletak di pinggiran sungai/irigasi desa itu.
Tepat beberapa hari Gus Dur lengser dari kursi kepresidenan
Gus Dur berkenan mengunjungi pesantren asuhan KH Afandi Abdul Muin Syafi’i itu.
Dalam kondisi –baru lengser itu- tentunya Gus Dur sedang
menjadi perhatian publik, panitia berinisiatif membuat panggung pengajian yang
diletakkan di tepi sungai di depan pesantren itu, karena halaman pesantren
kurang luas. Dengan posisi panggung menghadap sungai, sehingga hadirin
diposisikan di sepanjang jalan yang berdampingan dengan sungai. Saat itu
Nasrulloh Afandi, salah satu santri di pesantren tersebut ikut jadi panitia.
Di hari H, sebelum Gus Dur tiba di lokasi, puluhan ribu
hadirin berdatangan dari berbagai pelosok Kabupaten Indramayu,Cirebon dan sekitarnya
dengan aneka latar belakangnya. Termasuk saat itu Wakil Bupati Indramayu yang
terlambat datang pun harus rela masuk lokasi melalui pematang sawah, lewat
pintu belakang dapur pesantren karena jalan depan jadi lautan manusia.
Saat
berbicara di atas panggung, tiba-tiba Gus Dur bilang ”Ini baru pertama kali
saya ceramah di tepi sungai, jadi terasa sejuk, melebihi AC, ya maklum desa
tempat membuang jin, jauh dari kota he he he” sambil tertawa terkekeh-kekeh
khas Gus Dur.
Tentu saja orang yang mendengar terheran-heran, darimana Gus
Dur tahu kalau panggung itu di tepi kali. Padahal tidak ada yang ngasih tahu
sebelumnya.
Ditengah-tengah
orasinya, Gus Dur bilang ”Indramayu ini punya PT Pertamina dengan sumber daya
besar, itu tidak jauh dari sini, tetapi masyaraktnya belum makmur, ini sebagai
bahan evalusai pemerintah daerah,” tandas Gus Dur, dengan jari telunjuk tangan
kiri ke arah lokasi dimana PT Pertamina Balongan berada, identiknya orang yang
melihat dengan normal dan memahami lokasi daerah tersebut.
Setelah cukup lama berorasi tiba-tiba Gus Dur pun melihat jam
tangan yang berada di pergelangan tangannnya (lihatlah foto-foto Gus Dur, ke
mana-mana beliau selalu memakai jam tangan).
Sambil melihat jam tangan, tanpa ada yang mengasih tau
kemudian beliau bilang: “Ini sudah pukul empat sore, saya harus ke tempat Kiai
Fuad Hasyim Buntet (Cirebon). Padahal jadwal semula saya mau ke Buntet dulu,
terus ke Kedungwungu, tetapi berubah ke Kedungwungu duluan, nah itu kiai
Fuad-nya sudah jemput saya, sambil menunjuk ke arah alm KH Fuad Hasyim yang
berada di bawah di samping panggung,” tandas Gus Dur. Waktu yang dikatakannya
pun betul, identiknya orang yang melihat jam secara normal saat itu.
Alhasil, Gus Dur matanya“tertutup” sebagaimana
disaksikan oleh orang banyak, tetapi sejatinya Ia bisa melihat. wallahu a’lam.
Sumber : NU Online
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar