Jumat, 25 Maret 2016

Pondok Pesantren Hasyim Asy’ari Bangsri

Tidak ada komentar :
Pesantren Hasyim Asy’ari Bangsri, terletak di tengah-tengah pemukiman penduduk di kota Jepara kecamatan Bangsri. Pesantren ini didirikan pada tahun 1956 oleh KH. Mc. Amin Sholeh, setelah wafatnya beliau pada 19 November 2002 M, ponpes dipimpin secara kolektif oleh Hj. Aizzah Amin Sholeh, KH Nuruddin Amin, S.Ag, Hj. Hindun Annisah, MA, H. Zainal Umam, Lc, dan Ikfina Maufuriyah, SS.

Jumlah santrinya saat ini ada 1.760 orang. Dengan perincian siswa MA, putra 384 santri, putri 502 santri, siswa MTs putra 374 santri, putri 876 santri. Sedangkan jumlah santri mukim adalah: putra 73 santri, putri 98 santri, jumlah totalnya 171 santri. Tenaga pendidik/ustadz/ustadzah-nya berjumlah 135 orang. 

Semua santri tidak bermukim dikarenakan lahan pesantren yang tidak besar dan luas. Maka sebagian dari santri tinggal di pesantren-pesantren yang ada di sekitar Pon Pes Hasyim Asy’ari.

Pondok pesantren Hasyim Asy’ari mempunyai dua cabang, yaitu HA cabang PUSAT yang bertempat di kompleks Mts Hasyim Asy’ari diasuh oleh KH. Zaenal Umam, Lc dan HA cabang JOGLO (khusus putri) yang baru di bangun pada 2012 . Bertempat di sebelah barat MA Hasyim Asy’ari diasuh langsung oleh kakaknya KH Nuruddin Amin (Gus Nung).

Sebagai pesantren yang cukup tua dan disegani, pesantren ini cukup berpengaruh di wilayah Kabupaten Jepara dan sekitarnya. Hal itu ditambah dengan kedudukan almarhum KH.Mc Amin Sholeh yang pernah menjadi Rois Syuriah PW NU Jawa Tengah dan Ketua MUI Jateng serta kedudukan KH Nuruddin Amin (Gus Nung) yang pernah menjaadi Ketua Umum PC NU Jepara. Serta ketua DPC PKB kabupaten Jepara sekarang ini.

Tidak heran, jika banyak pejabat tinggi dan tokoh pemerintahan yang sowan dan minta doa restu ke pimpinan pesantren ini. Bahkan, dalam beberapa kali kesempatan, beberapa menteri Republik Indonesia datang ke pesantren ini. Menteri Agama RI, juga pernah datang ke pesantren ini untuk meresmikan gedung Madrasah Aliyah, begitu juga dengan Menteri Koperasi dan UKM.

Untuk pengeluaran dan pemasukan rutin per bulan, pesantren ini tidak terlalu menekankan pendapatan dari pemasukan atau iuran wajib para santri. Biaya yang dibebankan untuk santri putra adalah Rp 40.000,- per bulan sebagai ganti biaya listrik, sedangkan untuk makan dan minum, mereka dipersilahkan untuk membeli sendiri di kantin pesantren atau di luar.

Sedangkan untuk santri putri, selain iuran listrik yang Rp 40.000,-, ditambah lagi dengan biaya makan sebesar Rp 135.000,-. Untuk santri putri memang diwajibkan untuk makan di pesantren. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi agar mereka waktunya tidak habis untuk mencari makanan di luar dan agar lebih konsentrasi belajar.

Model pembelajaran yang diadakan di pesantren ini ada semi modern. Artinya, tetap ada sistem sorogan dan bandongan di pagi hari dan malam hari dengan mengaji Al-Qur’an, tapi para santrinya juga mengikuti pendidikan di tingkat MTs dan MA. Untuk kelas pagi hari setelah Shubuh, diadakan pengajian kitab yang wajib diikuti oleh para santri.

Kitab-kitab yang dikaji adalah: Irsyadul Ibad yang dibawakan oleh KH. Nuruddin Amin, Fiqhun Nisa’ oleh Hj. Hindun Anisah, danTafsir Jalalain oleh H. Zaenal Umam, Lc. Selain itu, juga diadakan pengajian sorogan Al-Qur’an dibawah bimbingan Hj. Azizah Amin yang merupakan Ibunda dari KH Nuruddin Amin, serta program tahfidzul qur’an yang diasuh oleh Hj. Hindun Anisah,dan Ikfina Maufuriyah SS bagi santri putri, dan Ustadz Ahmad  Mutohar, Ustadz Mushonnif serta Ustadz Hayat Misbah bagi santri laki-laki.

Setelah usai pelajaran di MTs dan MA, para santri juga diwajibkan untuk mengikuti Madrasah Diniyyah. Untuk kurikulum Madrasah Diniyyah ini, pesantren Hasyim Asy’ari tidak mengikuti kurikulum yang diberikan Depag secara penuh, tapi ada modifikasi dan tambahan-tambahan yang bermanfaat untuk kemajuan santri. Mengingat pada kebutuhan keilmuan santrilah yang membuat para pengasuh PP Hasyim Asy’ari untuk membuat kurikulum tersendiri.

Pesantren ini juga sangat dekat dengan masyarakat setempat, mereka sengaja tidak membangun masjid sendiri karena untuk menghindari eklusifitas. Untuk beribadah, mereka bersama-sama dengan masyarakat menggunakan Masjid Besar An-Nur yang berada di sebelah barat pesantren. Di masjid inilah, banyak aktifitas santri yang dilakukan, mulai dari pengajian Al-Qur’an, Kitab-kitab salaf, hingga semaan dan tahlilan.

Bahkan untuk melatih para santri mambaca Diba’, Barjanzi juga bersama-sama dengan masyarakat di masjid besar An-Nur bangsri. Pengajian rutin juga diadakan di masjid ini, yang kadang-kadang diisi oleh pimpinan dan ustadz pesantren juga. Pesantren juga sering dilibatkan dalam kegiatan kemasyarakatan dan sebaliknya pesantren juga sering melibatkan masyarakat dalam kegiatan pesantren. Usaha saling membantu dan bekerjasama mereka lakukan dalam bentuk-bentuk kegiatan seperti: keagamaan, rapat desa, kerja bakti, pengajian, bersih desa, dan gotong royong lainnya.

Pesantren ini juga aktif membangun hubungan dengan pesantren lainnya. Bersama-sama dengan pesantren sekitar dan pesantren luar daerah, mereka berusaha memperjuangkan agar pendidikan umat Islam maju dan mendapatkan perhatian dari masyarakat lain, baik Pemda maupun tokoh lainnya. Pesantren ini juga aktif mengikuti kegiatan Bahtsul Masail baik di tingkat NU Cabang Jepara maupun di tingkat PW NU Jawa Tengah.

Pondok pesantren Hasyim Asy’ari juga mendirikan sekolah-sekolah formal untuk para santri dan juga masyarakat sekitar, mulai dari PAUD Averrous, MTs serta MA. Adapun MA Hasyim Asy’ari mamiliki beberapa jurusan seperti MAK (jurusan yang bahasa pengantarnya memakai bahasa arab, Imersi (jurusan yang bahasa pengantarnya memakai bahasa inggris untuk 7 mata pelajaran (Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Sejarah, Geografi dan Ekonomi)), jurusan IPA dan juga IPS. Selain pendidikan, PP. Hasyim Asy’ari juga mengelola badan usaha yaitu Koperasi Al-Barokah.




*dikutip dari berbagai sumber

Tidak ada komentar :

Posting Komentar